Pelatihan Partisipatif Penanganan By Catch ETP (Endangered, Threatened and Protected)

Pada tanggal 30 Juli 2022, YEKHALI melibatkan masyarakat di pulau Sabalana melaksanakan kegiatan pelatihan partisipatif penanganan By Catch ETP. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta mangajak masyarakat untuk peduli terhadap tangkapan sampingan, khususnya pada biota-biota yang dilindungi seperti penyu.

Masyarakat pulau Sabalana pada umumnya melegalkan perilaku konsumsi daging penyu, baik itu sebagai hidangan keseharian biasa, maupun hidangan pada acara-acara tertentu. Kondisi tersebut tentu mengancam kelestarian penyu di perairan. Meskipun masyarakat telah mengetahui larangan dan konsekuensi menangkap dan mengkonsumsi penyu, namun karena lemahnya pengawasan serta ketidaktahuan masyarakat terkait aspek biologi dan ekologi serta bahaya mengkonsumsi penyu, maka tak jarang nelayan masih sering membawa pulang penyu yang terjaring di alat tangka jaring insang/samba nelayan untuk di konsumsi.

Kegiatan pelatihan partisipatif ini diawali dengan pertemuan yang dilaksanakan di rumah kepala dusun pulau Sabalana. Melalui metode sharing dan diskusi, nelayan dan masyarakat diajak untuk memahami aspek biologi dan ekologi penyu, serta bahaya konsumsi daging dan telur penyu. Sharing dan diskusi tersebut menambah pengetahuan nelayan dan masyarakat, sekaligus menyadarkan bahwa perilaku mengkonsumsi daging dan telur penyu dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Sharing dan diskusi penanganan by catch bersama nelayan dan masyarakat pulau Sabalana.

Kemudian sharing dan diskusi berlanjut mengenai tata cara penanganan dan mitigasi penyu yang tertangkap di alat tangkap nelayan, khususnya jaring insang dan jaring samba. Melalui video, nelayan dan masyarakat diperlihatkan bagaimana cara penanganan penyu yang masuk ke dalam jaring maupun yang terdampar, kemudian cara melepasliarkan kembali penyu. Selanjutnya nelayan dan masyarakat diajak untuk peduli terhadap ukuran mata jaring yang digunakan sesuai dengan target tangkapan, sehingga dapat mengurangi adanya tangkapan sampingan. Selain itu, nelayan juga diperkenalkan dengan alat bantu mitigasi penyu berupa lampu LED berwarna hijau yang dirakit sedemikian rupa agar dapat dipasang di jaring/samba nelayan. Kegiatan ini berlanjut dengan praktik langsung dilapangan dengan pemasangan lampu LED yang dipasang di salah satu alat tangkap jaring/samba nelayan sebagai percobaan alat bantu mitigasi penyu.

Percobaan penggunaan lampu LED hijau selama 5 kali trip oleh nelayan penjaring/samba, tidak ditemukan penyu atau hewan yang dilindungi yang terjaring pada alat tangkap jaring/samba. Begitupun hasil tangkapan utama juga tidak mengalami penurunan. Penelitian penggunaan lampu LED berwarna hijau sebagai alat mitigasi by catch sudah banyak dilakukan dan mampu mengurangi tangkapan sampingan dari jenis penyu, cetacean, dan hiu. Penggunaan lampu LED sebagai alat bantu mitigasi penyu ternyata menarik perhatian nelayan dan masyarakat, karena merupakan hal yang baru bagi nelayan di pulau Sabalana.

(kiri) Uji coba penggunaan alat bantu mitigasi by catch pada jenis penyu dan (kanan) hasil tangkapan nelayan jaring/samba.

Selain itu, YEKHALI juga mengajak masyarakat, khususnya anak-anak untuk melestarikan penyu, dengan mengajak mereka untuk melepasliarkan kembali penyu yang terdampar atau terjaring, kemudian memasang beberapa poster jenis-jenis penyu dan status perlindungannya yang diperoleh dari BPSPL Makassar, ditempatkan di sudut-sudut sekolah dan tempat-tempat strategis lainnya. Harapannya masyarakat mengetahui jenis-jenis dan status perlindungan penyu dan tergerak untuk melestarikan keberadaan penyu yang terancam punah.

Pemasangan poster jenis penyu dan status perlindungan di beberapa lokasi.
Tags :
example, category, and, terms
Share This :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *